Jumat, 22 April 2016

Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar




Bahasa itu mencerminkan pribadi seseorang, jika kita selalu menggunakan bahasa indonesia yang baik dan penuh kesantunan, orang juga akan mencitrakan kita sebagai pribadi yang baik dan berbudi, karena melalui tutur kata seseorang mampu menilai kepribadian dari orang tersebut. Tapi sebaliknya jika dalam kesehariannya seseorang tersebut tidak memenuhi etika berbahasa santun, baik dan benar maka orang lain akan mencitrakan kita sebagai pribadi yang buruk

Bahasa dapat menjadi alat kekerasan verbal yang terwujud dalam tutur kata seperti memaki, memfitnah, menghasut, menghina, dan sebagainya. Di lndonesia hal tersebut sering terjadi, bahkan perilaku tersebut sudah menjadi rahasia umum di masyarakat dan di kalangan remaja. Saat ini lebih suka menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul yang cenderung tidak santun, dan tidak terpola dengan baik. Bahasa Indonesia yang susah payah disatukan visinya dalam Sumpah Pemuda sebagai bahasa pemersatu bangsa setelah berabad-abad bangsa ini terbelenggu dalam penjajahan, kini seolah luntur oleh waktu, bukan bahasa Indonesianya yang hilang tapi pemaknaan dan pemakaian bahasa yang baik, sopan dan santun dalam kehidupan sehari-hari yang hilang. Saat ini banyak sekali remaja yang menciptakan bahasa gaul, yaitu bahasa baku yang dipelesetkan, sehingga terkadang orang dewasa tidak mengerti dan memahami bahasa yang dikatakan oleh para remaja tersebut.

Penyebab penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja ini dikarenakan kurangnya kecintaan para remaja terhadap bahasa Indonesia. Manusia bisa karena terbiasa, jika anak-anak remaja itu sudah terbiasa mengucapkan dan menuliskan kata-kata yang salah dalam berkomunikasi, maka selanjutnya akan salah. Hal ini akan membuat penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak akan dipakai lagi dan akan mati. Seharusnya remaja membudidayakan berbahasa yang baik dan benar dalam berkomunikasi, karena remaja sebagai penerus bangsa, kalau bukan kita sendiri yang menghargai Bahasa Indonesia siapa lagi..?? 

Bahasa gaul sendiri sebenarnya sudah ada sejak tahun 1980-an tetapi pada waktu itu istilah bahasa prokem (okem). Lalu bahasa tersebut diadopsi kemudian dimodifikasi sedemikian unik dan digunakan oleh orang-orang tertentu atau kalangan-kalangan tertentu saja. Pada awalnya bahasa prokem digunaakan oleh para preman yang kehidupanya dekat dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Banyak istilah-istilah baru yang mereka ciptakan dengan tujuan agar masyarakat awam atau orang luar komunitas mereka tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan atau yang telah mereka bicarakan. Menurut Wikipedia Indonesia “Bahasa gaul merupakan bentuk ragam bahasa yang digunakan oleh penutur remaja, waria untuk mengekspresikan gagasan dan emosinya.”

Sebuah artikel di Kompas yang ditulis Sahertian berjudul So What Gitu Loch..... (2006:15) menyatakan bahwa bahasa gaul atau bahasa prokem sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah- istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Oleh karena sering digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari. Kosakata bahasa gaul yang belakangan ini berkembang sering tidak beraturan dan cenderung tidak terumuskan. Bahkan tidak dapat diprediksi bahasa apakah yang berikutnya akan menjadi bahasa gaul. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu Pengkajian semantik pada bahasa gaul, SondangManik (2004).



ANALISIS: 
Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia, diantaranya adalah: Eksistensi bahasa Indonesia terancam terpinggirkan oleh bahasa gaul, menurunnya derajat bahasa Indonesi, menyebabkan punahnya bahasa Indonesia. Oleh sebab itu kita sebagai remaja penerus bangsa harus lebih mencintai bahasa indonesia itu sendiri kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikannya
 

Mengapa Peraturan Begitu Sulit Untuk Dipatuhi


Dari hari ke hari pelanggaran rambu-rambu lalu lintas semakin memprihatinkan. Selain bisa kita amati sendiri perkembangannya setiap hari, kecenderungan berkurangnya ketertiban pengguna jalan bisa kita lacak dari maraknya surat-surat pembaca di media massa yang isinya mengeluhkan keadaan ini.

Peraturan pada dasarnya dibuat dengan tujuan untuk mempermudah kehidupan manusia. Coba kita bayangkan bila di jalanan tidak ada peraturan, tidak ada rambu-rambu lalu lintas, dapat dipastikan setiap pengguna jalan akan berbuat seenaknya sendiri tanpa mau mengindahkan kepentingan orang lain.

Setelah peraturan dibuat ternyata tidak ada jaminan bahwa peraturan tersebut akan dipatuhi. Coba kita lihat kondisi di Indonesia. Rambu-rambu lalu lintas seakan hanya menjadi hiasan yang tidak memiliki makna apa-apa. Praktis hanya lampu lalu lintas saja yang di patuhi, itupun pada ruas jalan tertentu saja. Perilaku yang tidak tertib ini diperparah dengan pertambahan jumlah kendaraan yang sulit dibendung sementara jumlah pertambahan ruas jalan tidak mampu mengimbanginya.
Jika memang peraturan dibuat untuk mempermudah kehidupan manusia pertanyaan besar yang muncul adalah: "Mengapa peraturan tersebut sering dilanggar?".

Lingkungan, Perilaku dan Konsekuensi
Manusia memang individu yang kompleks sehingga perilakunya juga tidak sederhana. Perilaku manusia tidak sekedar memperhitungkan untung dan rugi saja. Bisa jadi perilaku yang tampak merugikan dimata seseorang akan dianggap menguntungkan bagi orang lain. Bagaimana seseorang berperilaku, secara garis besar bisa dijelaskan melalui penguatan kontigensi (contigency of reinforcement) .

Perilaku manusia melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan tempat terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari perilaku tersebut. Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi oleh keadaan tiga komponen tersebut. Penjabarannya dalam perilaku berkendaraan di jalan raya cukup sederhana. Misalkan seorang pengendara berada di persimpangan jalan yang sepi (kondisi lingkungan) kemudian ia memutuskan untuk melanggar lampu lalu lintas (perilaku). Konsekuensi dari perilaku ini adalah perjalanan yang lebih cepat. Selain itu pengendara tersebut juga tidak ditangkap petugas karena memang tidak ada petugas di persimpangan jalan tersebut. Perilaku pelanggaran seperti ini akan cenderung diulangi karena mendapat penguatan positif atau hadiah yaitu proses perjalanan yang lebih cepat dan tidak tertangkap oleh petugas.

Skenario yang muncul akan berbeda bila situasinya berbeda pula. Pada situasi persimpangan jalan yang dijaga oleh petugas (kondisi lingkungan) seorang pengendara berkeputusan untuk melanggar lampu lalu lintas. Konsekuensinya ia akan ditangkap oleh petugas dan mendapatkan surat tilang. Perilaku pelanggaran seperti ini akan cenderung tidak diulangi karena mendapatkan penguatan negatif (hukuman) yaitu berupa surat tilang yang tentu saja bermuara pada denda yang harus dibayar.

Peraturan
Peran peraturan pada penguatan kontigensi adalah mendeskripsikan baik secara lisan, tulisan ataupun simbol, hubungan antara ketiga komponen penguatan kontigensi tersebut. Secara garis besar peraturan menjelaskan hubungan sebab akibat dari dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku. Rambu dilarang parkir apabila di jabarkan dalam tiga komponen penguatan kontigensi akan berbunyi seperti ini: dilarang parkir disini (kondisi lingkungan), bila Anda melanggar (perilaku) maka Anda akan di beri surat tilang (konsekuensi) .

Bagi semua pengguna kendaraan bermotor pasti sudah paham betul arti dari rambu-rambu lalu lintas yang ada dijalanan. Walaupun demikian ternyata pemahaman ini belum cukup untuk mendorong pengguna jalan mematuhi rambu-rambu tersebut. Ada berbagai hal yang menyebabkan pengendara gagal untuk mematuhi rambu-rambu tersebut.

Dilihat dari konsekuensi yang mungkin timbul, kegagalannya terletak pada probabilitas kemunculan konsekuensi negatif yang kecil. Walaupun pengendara tahu bahwa tidak menggunakan helm sangat berbahaya namun mereka tetap berkeras untuk tidak memakai helm. Pengendara tersebut menganggap bahwa kemungkinan dirinya untuk terjatuh ataupun ditangkap petugas sangat kecil sehingga walaupun tidak menggunakan helm ia tetap selamat. Mungkin suatu ketika pengendara tersebut tertangkap petugas namun alih-alih mendapat surat tilang, ia justru bisa melenggang dengan memakai uang "pelicin". Uang "pelicin" tersebut bukan merupakan konsekuensi negatif melainkan justru menjadi konsekuensi positif bagi pengendara karena ada semacam rasa bangga bahwa dirinya bisa mengelabui petugas dengan beberapa lembar rupiah. Kenyataan bahwa perilaku tidak memakai helm ini mendapatkan konsekuensi positif membuat pengendara tersebut cenderung untuk mengulangi perilaku tersebut.

Penyebab kegagalan kepatuhan terhadap peraturan dari segi kondisi lingkungan bisa di jabarkan dalam skenario berikut ini. Suatu ketika pengendara tersebut mencoba menggunakan helm, namun keadaan yang ia hadapi adalah bahwa banyak pengendara lain yang ternyata tidak menggunakan helm tidak mendapat sanksi apa-apa, selain itu ia juga merasa tidak nyaman ketika memakai helm karena terasa gerah. Keadaan ini menggambarkan adanya konsekuensi negatif ketika pengendara tersebut berusaha mematuhi peraturan dengan menggunakan helm. Konsekuensi negatif tersebut berasal dari rasa tidak nyaman dan umpan balik sosial yang memperlihatkan bahwa tidak menjadi masalah bila pengendara tidak menggunakan helm.

Dua skenario diatas menunjukkan bahwa terjadi suatu fenomena yang bertentangan dengan hukum-hukum belajar perilaku yaitu bahwa perilaku yang buruk harus mendapatkan hukuman (konsekuensi negatif) sementara perilaku yang baik harus mendapatkan hadiah (konsekuensi positif). Kenyataan yang terjadi adalah bahwa perilaku buruk akan mendapatkan konsekuensi positif sementara perilaku yang baik akan mendapat konsekuensi negatif.

Tidak adanya konsistensi antara lingkungan, perilaku dan konsekuensi inilah yang menjadikan perilaku pengguna jalan semakin lama semakin memburuk. Dan hal ini sama sekali tidak berhubungan dengan sikap mental dari pengguna jalan tersebut.

Bukan masalah sikap mental
Selama ini kita sering mendengar dari petugas ataupun tokoh masyarakat bahwa sangat sulit untuk mengubah sikap mental pengendara kendaraan bermotor menjadi pengguna jalan yang tertib dan perlu waktu bertahun-tahun untuk mengubah sikap mental tersebut. Berdasarkan hasil penelitian masalah perilaku, sebenarnya kita tidak perlu mengubah sikap mental pengguna kendaraan bermotor. Alasannya adalah pertama karena sikap mental mereka sebenarnya sudah pada taraf yang positif, namun justru kondisi lingkungan dan konsekuensi dari perilaku di jalanan yang "memaksa" mereka untuk melanggar peraturan. Coba saja tanyakan pada pengendara yang tidak memakai helm, penting atau tidak kah menggunakan helm di jalan raya. Pasti mereka semua sepakat bahwa menggunakan helm tersebut sangat penting untuk keselamatan. Namun kenyataannya mereka tetap tidak menggunakan helm.

Alasan yang kedua yaitu sebenarnya tidak relevan usaha untuk mengubah perilaku dimulai dari usaha untuk mengubah sikap. Perubahan sikap mempunyai korelasi yang kecil dengan perubahan perilaku (Cooper, 1999). Walaupun kita melancarkan kegiatan semacam kampanye tertib lalu lintas (untuk mengubah sikap mental) dengan gencar namun jika kondisi lingkungan dan konsekuensi dari perilaku tersebut belum konsisten maka kegiatan semacam ini akan selalu menemui dinding tebal yang tidak bisa ditembus.




ANALISIS:


Solusi dari masalah perilaku pengguna jalan yang tidak kooperatif dengan peraturan ini sebenarnya sudah terdapat dalam uraian diatas. Yang pertama tentu saja mengkondisikan agar konsekuensi dari semua perilaku di jalanan selalu konsisten. Perilaku yang taat aturan akan selalu mendapatkan hadiah dan perilaku yang melanggar aturan akan selalu mendapatkan hukuman. Bagaimana keadaan ini dicapai? Apakah dengan menempatkan petugas pada setiap persimpangan jalan? Bisa jadi ini jawabannya, tapi tentu saja solusi semacam ini akan terbentur masalah sumber daya manusia (jumlah petugas yang terbatas). Namun yang lebih penting sebenarnya adalah bagaimana memastikan semua pelanggar peraturan lalu lintas selalu mendapat konsekuensi negatif. Konsekuensi negatif bisa berupa pemberian surat tilang ataupun dari feedback dari pengguna jalan lainnya. Dan harus dipastikan bahwa petugas ini tidak akan terpeleset dengan uang "pelicin". Keadaan ini sangat penting untuk mengembalikan fenomena di jalanan menjadi seiiring dengan hukum-hukum belajar perilaku.

SUMBER:

Perkembangan Tekhnologi di Era Modern



Tak dapat dipungkiri jika Perkembangan teknologi masa kini berkembang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi-inovasi yang telah dibuat di dunia ini. Dari hingga yang sederhana, hingga yang menghebohkan dunia.

Perkembangan Teknologi
Sebenarnya Teknologi sudah ada sejak jaman dahulu, yaitu jaman romawi kuno. Perkembangan teknologi berkembang secara drastis dan terus berevolusi hingga sekarang. Hingga menciptakan obyek-obyek, teknik yang dapat membantu manusia dalam pengerjaan sesuatu lebih efisien dan cepat. Salah satunya adalah seperti yang ada di Indonesia, yaitu fenomena mobil esemka yang diciptakan beberapa sekolah di Solo. Telah membuat inovasi mobil Nasional untuk Indonesia. Selain itu juga, ada di Sidoarjo yang memproduksi kapal laut untuk kebutuhan melaut.
Dalam bentuk yang paling sederhana, Perkembangan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional sepertibercocok tanam, membuat baju, atau membangun rumah.
Ada tiga klasifikasi dasar dari Perkembangan teknologi yaitu :
  • Perkembangan teknologi yang bersifat netral (bahasa Inggris: neutral technological progress). Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama.
  • Perkembangan teknologi yang hemat tenaga kerja (bahasa Inggris: labor-saving technological progress). Perkembangan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
  • Perkembangan teknologi yang hemat modal (bahasa Inggris: capital-saving technological progress). Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.
Pengalaman di berbagai negara berkembang menunjukan bahwa adanya campur tangan langsung secara berlebihan, terutama berupa peraturan pemerintah yang terlampau ketat, dalam pasar teknologi asing justru menghambat arus teknologi asing ke negara-negara berkembang.
Perkembangan teknologi memang sangat penting untuk kehidupan manusia jaman sekarang. Karena teknologi adalah salah satu penunjang Perkembangan manusia. Di banyak belahan masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi, pangan, komputer, dan masih banyak lagi.





ANALISIS:
Di lain pihak suatu kebijaksanaan ‘pintu yang lama sekali terbuka’ terhadap arus teknologi asing, terutama dalam bentuk penanaman modal asing (PMA), justru menghambat kemandirian yang lebih besar dalam proses pengembangan kemampuan teknologi negara berkembang karena ketergantungan yang terlampau besar pada pihak investor asing, karena merekalah yang melakukan segala upaya teknologi yang sulit dan rumit.
Ini menjadi bukti bahwa memang teknologi sudah menjadi kebutuhan dan merata di setiap sektor kehidupan manusia. Terlebih setelah adanya penemuan komputer dan laptop, yang sekarang hampir semua pekerjaan manusia memiliki hubungan dengan komputer ataupun laptop. Sehingga pantas jika komputer adalah penemuan yang paling mutakhir dan yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia.

SUMBER:

Belajar Elektronika Dasar



Elektronika adalah cabang ilmu yang mempelajari berbagai macam alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan menggunakan cara mengontrol aliran elektron atau partikel yang memiliki muatan listrik dalam suatu alat seperti peralatan elektronik, komputer, semikonduktor, dan beberapa alat lainnya.
Elektronika terbagi menjadi beberapa cabang, mulai dari elektronika dasar, elektronika analog, elektronika digital, elektronika industri, dan masih banyak lagi yang lainnya. Semua cabang-cabang tersebut sebenarnya sudah dibahas pada artikel-artikel sebelumnya. Anda bisa mencarinya melalui navigasi yang tersedia.

Artikel Tentang Elektronika

Elektronika dasar membahas semua tentang dasar-dasar elektronika mulai dari teori-teori elektronika mulai dari teori atom, elektron, arus, tegangan, daya, dan masih banyak lagi yang lainnya. Elektronika dasar juga membahas mengenai komponen elektronika baik itu komponen elektronika aktif dan komponen elektronika pasif.

Komponen elektronika aktif adalah komponen elektronika yang dalam penggunaannya memerlukan arus listrik. Sebaliknya, komponen elektronika pasif adalah komponen elektronika yang dalam penggunaannya tidak memerlukan arus listrik. Dua jenis komponen tersebut selalu digunakan dalam membuat sebuah rangkaian elektronika.
Dalam dunia elektronika, kita juga mengenal yang namanya elektronika analog dan elektronika digital. Elektronika analog berkaitan dengan pemrosesan sinyal kontinyu atau sinyal analog. Sedangkan elektronika digital berkaitan dengan pemrosesan sinyal diskrit atau sinyal digital yang dinotasikan dengan bilangan 0 dan 1.

ANALISIS:
Tak hanya itu saja, kita juga mengenal yang namanya elektronika industri dan elektronika daya. Elektronika industri berkenaan dengan otomasi dan instrumentasi industri seperti PLC dan penumatic. Sedangkan elektronika daya sangat erat kaitaannya dengan arus kuat dan perubahan arus baik dari AC ke AC, AC ke DC, DC ke AC, sampai DC ke DC.


Demikian informasi mengenai artikel tentang elektronika dasar. Semoga informasi tadi dapat memberikan manfaat juga inspirasi bagi para pembaca setia


SUMBER:

Trend Bisnis Berbasis Aplikasi diIndonesia (Ojek Online)






Tren ojek online mengalami peningkatan beberapa tahun belakangan ini seiring meningkatnya kebutuhan akan moda transportasi yang cepat di Jakarta. Kemudahan dan kecepatan waktu pesan ojek via aplikasi serta kecepatan waktu tempuh (travel time) menjadi faktor kunci banyaknya peminat ojek online. Selain itu, kepastian dan murahnya tarif menjadi daya tarik yang mampu memikat ribuan masyarakat untuk beralih ke moda transportasi ini.
Pertama kali saya mengetahui ojek online adalah ketika menghadiri suatu acara yang memaparkan ide bisnis kreatif yang diadakan salah satu bank besar di Indonesia pada tahun 2012. Pada acara tersebut, saya terkesima dengan konsep Gojek yang mencoba mengkoordinir para tukang ojek di Jakarta untuk melayani pelanggan pada cakupan area yang lebih luas. Saat itu Gojek belum menyediakan aplikasi untuk melayani pelanggan, masih terbatas pada layanan via telepon maupun sms. Melalui call center, gojek mencoba menghubungkan pelanggan dengan driver (tukang ojek) baik untuk pengiriman barang maupun untuk jasa transportasi. Strategi diversifikasi ini cukup berhasil dalam menarik minat pelanggan, dimana gojek menawarkan suatu layanan pengiriman barang dan transportasi ojek untuk segmen pasar masyarakat jakarta yang membutuhkan kecepatan (baik pengiriman dokumen maupun transportasi) ditengah kemacetan ibukota. Inovasi ini cukup menarik mengingat sebelumnya, misalnya, pengiriman barang paling cepat adalah layanan antar 1 hari untuk paket, sementara Gojek dapat memenuhinya dalam hitungan jam. Begitu juga dengan transportasi, dimana biasanya pelanggan yang mencari ojek i panggalan terdekat, maka dengan Gojek pelanggan cukup menghubungi Gojek dan driver akan menjemput di tempat pelanggan berada.
Ide untuk menjadi “broker” ojek di Jakarta inilah yang membuat saya tertarik untuk mencoba dan melihat perkembangannya dari waktu ke waktu. Pengembangan demi pengembangan dilakukan hingga saat ini Gojek telah memiliki mobile application yang dengan mudah dapat dioperasikan pada iPhone saya. Layanan yang ditawarkan juga semakin beragam, dari transportasi (ojek), pengiriman barang hingga pesan-antar makanan (Go-food). Penggunaan mobile application untuk Gojek tentunya merubah model bisnis Gojek. Revenue stream Gojek tidak lagi hanya berasal dari pelanggan, namun Gojek juga bisa mendapatkan revenue dari provider data. Permintaan pun terus meningkat ditandai dengan jalanan Jakarta yang dibanjiri oleh Armada Gojek.
Prospek bisnis ojek online ternyata menarik minat beberapa investor untuk mengikuti jejak Gojek. Beberapa waktu belakangan ini muncul berbagai “broker” ojek secara online, seperti Grab Bike dan yang terbaru dalah Blu-Jek. Munculnya pesaing bagi Gojek tentunya akan memberikan pilihan lebih banyak kepada pelanggan sehingga daya tawar pelanggan (bargaining power of consumer) meningkat. Perang harga pun tak dapat lagi dihindari. Gojek dengan promo tarif Rp. 15.000 (kemudian turun menjadi 10.000) dan Grab Bike dengan promo awal Rp. 5.000 (kemudian naik menjadi Rp. 10.000), serta Blu-Jek yang menawarkan layanan gratis (freemium) selama 30 hari pertama operasi. Faktor kunci keberhasilanpun menjadi berubah seiring meningkatnya persaingan di industri ini. Harga menjadi faktor kunci utama dalam memenangkan persaingan dan pelanggan pun menjadi sensitif terhadap harga. Uniknya, kecepatan respon serta keramahan driver juga menjadi faktor kunci yang tak kalah penting untuk mempertahankan pelanggan.
 
Tanpa disadari, bisnis ojek online ini mulai mengancam keberadaan transportasi publik lainnya, mulai dari angkutan umum hingga taksi. Bahkan tukang ojek pangkalan pun mulai merasa terganggu dengan kehadiran ojek online ini. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa daerah “Gojek dilarang masuk”. Padahal jika dilihat dari sisi bisnis, menjadi peserta Gojek justru berpotensi untuk mendapatkan pendapatan lebih besar. Berdasarkan survey kecil yang saya lakukan, 1 (satu) orang tukang ojek tradisional rata-rata mengantongi Rp. 500.000 – Rp. 2.000.000 sebulan, dengan segmen pasar yang dilayani adalah pelanggan dengan radius 100 m hingga 2 km dari pangkalan. Sedangkan pendapatan yang sama bisa didapatkan driver Gojek hanya dengan bekerja selama 1 (satu) minggu. Jadi jika tukang ojek tradisional mengandalkan value of transaction dengan basis tarif berdasarkan kira-kira, maka driver gojek lebih mengandalkan volume of transaction dengan basis tarif per km yang jelas (bahkan flat saat masa promosi). Investasi smartphone Android yang dilakukan diawal juga dapat kembali dalam waktu 1 bulan. Sehingga hal ini dapat menjadi solusi dalam meningkatkan pendapatan para tukang ojek. 

 ANALISIS:
Sebenarnya, strategi ini cukup ampuh untuk digunakan dalam mengatasi masalah kesenjangan ekonomi dan bahkan mampu menekan angka pengangguran khususnya di DKI Jakarta. Namun hal ini tentunya bergantung kepada Pemda setempat, apakah tetap “keukeuh” menggunakan UU yang ada untuk “membunuh” kreatifitas anak bangsa ini, atau justri dengan bijak melakukan amandemen terhadap UU yang ada dan mendorong agar bisnis serupa dapat semakin meningkat.
Tantangan yang perlu dihadapi oleh para investor khususnya Gojek sebagai pionir adalah bagaimana mempertahankan kualitas layanan dan memenangkan persaingan tanpa terjebak dengan perang harga yang justru akan membuat bisnis ini kedalam red ocean. Inovasi menjadi kunci penting dalam mengembangkan layanan dalam menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan, sehingga menerapkan transcient competitive advantage strategy bisa jadi salah satu cara untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan. Transcient competitive advantage strategy merupakan strategi yang diterapkan dengan menganggap persaingan tidak harus berada pada satu industri yang sama namun dapat lintas industri (arena) sehingga memberikan ruang yang cukup luas untuk inovasi. Competitive advantage dalam konsep transcient competitive advantage strategy mengasumsikan tidak ada keunggulan yang bertahan selamanya, sehingga mengelola gelombang demi gelombang competitive advantage menjadi tantangan dalam penerapan strategi ini.