Rabu, 20 Januari 2016

Tema Karangan dan Kerangka Karangan

Tema Karangan

Pengertian tema, secara khusus dalam karang-mengarang, dapat dilihat dari dua sudut, yaitu dari dari sudut karangan yang telah selesai dan dari proses penyusunan sebuah karangan.

Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Amanat utama ini dapat diketahui misalnya bila seorang rnembaca sebuah roman, atau karangan lainnya. Selesai membaca karangan tersebut, akan meresaplah ke dalam pikiran pembaca suatu sari atau makna dari seluruh karangan itu. Sebuah buku roman misalnya akan memiliki sebuah tema dasar yang dapat dirumuskan dalam sebuah kalimat singkat: “Karena kuatnya pengaruh adat-istiadat, maka setiap perjuangan muda-mudi untuk rnenentukan sendiri kawan-hidupnya di sekitar tahun dua puluhan, akan selalu menemui kegagalan”. Inti atau sari amarrat dari buku roman yang hanjang lebar menguraikan kisah asmara antara seorang pemuda A dan Pemudi B, yang akhirnya hancur berantakan karena halangan dari pihak orang tua dan adat-istiadat, sebagai yang dirumuskan dalam kalimat singkat di atas tadi, itulah yang dinamakan tema.

Dari segi proses penulisan kita bisa membatasi tema dengan suatu rumusan yang agak berlainan, walaupun nantinya apa yang dirumusk an itu pada hakekatnya sama saja. Dalam kenyataan untuk menulis suatu karangan, penulis harus memilih suatu topik atau pokok pembicaraan. Di atas pokok pembicaraan itulah ia menempatkan suatu tujuan yang ingin disampaikan dengan landasan topik tadi. Dengan demikian pada waktu menyusun sebuah tema atau pada waktu menentukan sebuah tema untuk sebuah karangan ada. dua. unsur yang paling dasar perlu diketahui yaitu topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Berdasarkan kenyataan ini, pengertian tema dapat dibatasi sebagai: suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi.

Hasil perumusan yang kita namakan tema tadi, bisa dinyatakan dalam sebuah kalimat singkat seperti contoh yang telah dikemukakan di atas. Tetapi tema itu dapat pula mengambil bentuk yang Iebih luas berupa sebuah alinea, atau berupa rangkaian dari alinea-alinea. Bentuk yang terakhir ini biasanya disamakan dengan ikhtisar, dan kadang-kadang dengan ringkasan. Antara ringkasan dan tema sebenarnya terdapat perbedaan besar, karena dalam sebuah ringkasan masih disebutkan para pelaku dengan alur kisahnya (plot) dan sebagainya. Sedangkan tema hanya merupakan gagasan-gagasan atau amanat yang ingin disampaikan pada para pembaca, belurn dijalin dengan para pelaku, tempat sebagai ruang berlangsungnya peristiwa atau aktivitas dan interaksi antara. para tokohnya. Ringkasan merupakan utaian itu secara komplit dalam bentuk yang singkat, sedangkan tema merupakan sari dasar atau amanat yang akan disampaikan penulis.

Bagaimanapun semua karya, entah sebuah buku yang bersifat rekaan (fiktif) seperti roman, novel, cerpen,.atau sebuah buku yang bersifat non-fiktif tentang masalah perburuhan, politik internasional, perkembangan teknologi modern, hasil penelitian dsb., harus memiliki sebuah tema, atau sebuah amanat utama. yang akan disampaikan kepada para pembaca. Atau dengan kata lain amanat utama yang akan disampaikan itu merupakan suatu maksud tertentu yang dijalin dalam sebuah topik pembicaraan.

Panjang tema tergantung dari berapa banyak hal yang akan disampaikan sebagai perincian dari tujuan utama, dan kemampuan penulis untuk memperinci dan mengemukakan ilustrasi-ilustrasi yang jelas dan terarah. Perbandingan antara tema dengan karangan dapat disamakan dengan hubungan antara sebuah kalimat dan gagasan utama kalimat yang terdiri dari subyek dan predikat. Semua bagian kalimat lainnya hanya berfungsi untuk memperjelas gagasan-gagasan utama tadi. Begitu pula, kedudukan tema secara lebih konkrit dapat kita lihat dalam hubungan antara kalimat topik dan alinea. Kalimat topik merupakan tema dari alinea itu. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya hanya berfungsi untuk memperjelas kalimat topik atau tema alinea tersebut.

Menentukan judul & tema karangan
Setiap kita akan menulis atau membuat suatu karangan pasti sebelum kita membuat karangan tersebut kita akan menentukan tema beserta judul dari karangan yang akan kita buat. Pada saat pembuatan tema dan judul karangan, tema dan judul karangan yang akan kita buat harus sesuai dengan isi karangan yang kita buat, sehingga karangan yang kita buat itu alur ceritanya mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca
pertama untuk menentukan judul dan tema karangan anda harus mencari topik terlebih dahulu.
Topik adalah sebuah kalimat yang merupakan ide utama dalam sebuah paragraf, cerita atau sebuah tulisan lainnya. Saat kita memulai untuk membuat karya tulisan, kita harus mempunyai topik yang akan kita kembangkan. Dengan kata lain, topik ini adalah yang akan membatasi sampai mana pembahasan kita dalam sebuah karya tulisan, baik itu tulisan yang bersifat seni maupun yang bersifat resmi. Topik dibagi menjadi 2 menurut salah satu blog lain yang saya baca. Yaitu, topik itu sendiri dan pengontrol ide. Topik akan menuju ke subyek yang akan kita bahas. contoh kecilnya, topik dari tulisan saya ini adalah pembahasan tentang topik, tema dan judul serta bagaimana cara menentukan topik, tema dan judul yang baik. Tulisan ini akan dibatasi oleh semua bahasan tentang topik, tema dan Judul
untuk meme ntukan topik terdapat beberapa syarat seperti yang ada dibawah ini :

1. Topik harus menarik perhatian penulis.
Topik yang menarik perhatian akan memotivasi pengarang penulis secara terus-menerus mencari data-data untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.Penulis akan didorong agar dapat menyelesaikan tulisan itu sebaik-baiknya.Suatu topik sama sekali tidak disenangi penulis akan menimbulkan kesalahan.Bila terdapat hambatan ,penulis tidak akan berusaha denngan sekuat tenaga untuk mengumpulkan data dan fakta yang akan digunakan untuk memecahka masalah.
 
2. Diketahui oleh penulis.
Penulis hendaklah mengerti atau mengetahui meskipun baru prinsip-perinsip ilmiahnya.
Contoh:
• Mencari sumber-sumber data .
• Metode atau penerapan yang digunakan.
• Metode analisis yang akan digunakan.
• Buku-buku referensi yang digunakan

3. Jangan terlalu baru,jangan terlalu teknis dan jangan terlalu kontroversial.
Bagi penulis pemula,topik yang baru kemungkinan belum ada referensinya dalam kepustakaan.Topik yang terlalu teknis kemungkinan dapat menjebak penulis bila tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya.Topik yang kontroversial akan menimbulkan kesulitan untuk bertindak secara objektif.

4. Bermanfaat.
Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat. Ditinjau dari segi akademis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam ehidupan sehari-hari maupun dari segi praktis.

5. Jangan terlau luas.
Penulis harus membatasi topik yang akan ditulis.Setipa penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan berbatas untuk digarap sehingga tulisannya dapat terfokus.

6. Topik yang dipilih harus berada disekitar kita.

7. Topik yang dipilih harus yang menarik.

8. Topik yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas.

9. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.

10. Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya. topik yang di pilih jangan terlalu baru

11. Topik yang dipilih memiliki sumber acuan.
setelah menentukan topik anda akan menentukan tema yang baik untuk karangan anda.
tema adalah sebuah gagasan pokok dalam sebuah tulisan. Kalau topik adalah kalimatnya, kalau tema adalah gagasan pokoknya. Tema dari tulisan ini adalah mengenai ‘topik, tema dan judul’. Di setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Dalam menulis cerpen,puisi,novel,karya tulis, dan berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema. Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah, tema adalah atapnya. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut.untuk menentukan tema yang baik terdapat beberapa syarat yaitu :

1. Tema menarik perhatian penulis.
Tema yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan penulis berusaha terus- menerus mencari data untuk memecahakan masalah-masalah yang dihadapi, penulis akan didorong terus-menerus agar dapat menyelesaikan karya tulis itu sebaik-baiknya.

2. Tema dikenal/diketahui dengan baik.
Maksudnya bahwa sekurang-kurangnya prinsip-prinsip ilmiah diketahui oleh penulis. Berdasarkan prinsip ilmiah yang diketahuinya, penulis akan berusaha sekuat tenaga mencari data melalui penelitian, observasi, wawancara, dan sebagainya sehingga pengetahuannya mengenai masalah itu bertambah dalam. Dalam keadaan demikian, disertai pengetahuan teknis ilmiah dan teori ilmiah yang dikuasainya sebagai latar belakang masalah tadi, maka ia sanggup menguraikan tema itu sebaik-baiknya.

3. Bahan-bahannya dapat diperoleh.
Sebuh tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.

4. Tema dibatasi ruang lingkupnya.
Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya
yang terakhir adalah menentukan judul karangan yang baik.
Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul juga merupakan nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan.

Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, shingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya.

Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah laporan eksposisi, contohnya : “Mengetahui dan Menentukan Topik, Tema dan Judul”.
Judul karangan sedapat-dapatny:
a.. singkat dan padat,
b. menarik perhatian, serta
c. menggambarkan garis besar (inti) pembahasan

Berikut adalah syarat untuk menentukan judul karangan yang baik yaitu:
a. Asli
Jangan menggunakan judul yang sudah pernah ada, bila terpaksa dapat dicarikan sinonimnya.
b. Relevan
Setelah menulis,baca ulang karangan anda, lalu carilah judul yang relevan dengan karangan anda ( harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut).
c. Provokatif
Judul tidak boleh terlalu sederhana, sehingga(calon) pembaca sudah dapat menduga isi karangan anda, kalau(calon) pembaca sudah dapat menebak isinya tentu karangan anda sudah tidak menarik lagi
d. Singkat
Judul tidak boleh bertele-tele, harus singkat dan langsung pada inti yang ingin dibicarakan sehingga maksud yang ingin disampaikan dapat tercermin lewat judul.
e. Harus bebentuk frasa
f. Awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi,
g. Tanpa tanda baca di akhir judul karangan,
h. Menarik perhatian,
i. Logis,
j. Sesuai dengan isi.

Judul dibagi menjadi dua,yaitu :
1. Judul langsung :
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubugannya dengan bagian utama nampak jelas.
2. Judul tak langsung :
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.

Referensi :
http://badaii.blogspot.com/2012/03/topik-tema-dan-judul.html
http://iaibcommunity.wordpress.com/2008/05/29/tema-karangan-2/
https://tiaralisya.wordpress.com/



Ucapan dan Ejaan, Kata dan Pilihan Kata, Kalimat Efektif

    1. UCAPAN DAN EJAAN

  • ·         UCAPAN
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua.
Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan. Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain. Sering dengan mudah kita dapat menentukan daerah asal seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa Indonesianya.

  • ·         EJAAN
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan berlaku sejak tahun 1972 sebagai hasil penyempurnaan ejaan yang berlaku sebelumnya, yaitu ejaan Van Ophuysen (1901) dan Ejaan Republik (1947). Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu satu tanda (huruf) satu bunyi, tetapi kenyataan masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, yaitu /ng/,/ny/,/kh/,dan/sy/. Sebaliknya ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/, pepet dan /e/taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam penyustan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.

Ejaan adalah kaidah tulis menulis baku yang didasarkan pada penggambaran bunyi. Ejaan tidak hanya mengatur cara memakai huruf, tapi juga cara menulis kata dan cara menggunakan tanda baca. Ada empat prinsip dalam penyusunan ejaan, yaitu sebagai berikut:
1.       Prinsip kecermatan
Sistem ejaan tidak boleh mengandung kontradiksi. Bila sebuah tanda sudah digunakan untuk melambangkan satu fonem, maka tanda itu seterusnya dipakai untuk fonem itu.
2.       Prinsip kehematan
Diperlukan standar yang mantap untuk menyusun suatu ejaan agar orang dapat mengemat tenaga dan pikirannya dalam berkomunikasi.
3.       Prinsip keluwesan
Sistem ejaan harus terbuka bagi perkembangan bahasa di kemudian hari. Dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ditetapkan pengunaan f untuk aktif, sifat, fakultas, dan sebagainya.
4.       Prinsip kepraktisan
Diusahakan untuk tidak menggunakan huruf-huruf baru yang tidak lazim agar tidak perlu mengganti mesin ketik dan peralatan tulis lainnnya. Penggunaan tanda diakritis lebih kurang praktris daripada penggunaan huruf ganda. Oleh karena itu EYD mempertahankan huruf ganda ng, ny, sy, kh walaupun huruf-huruf ganda itu menggambarkan fonem tunggal. Pemakaian huruf ganda itu tetap dipertahankan mengingat prinsip kepraktisan untuk menggantinya dengan huruf baru atau menggunakan tanda diakritik.

·         ATURAN PENULISAN HURUF
Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf di dalam Ejaan yang disempurnakan, yaitu aturan penulisan huruf besar atau huruf kapital dan aturan penulisan huruf miring. Kedua aturan tersebut akan dijelaskan pada uraian berikut.
1.1      Kaidah Penulisan Huruf Kapital
Kaidah-kaidah penulisan yang tertera pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan masih sering diabaikan penggunaannya pada berbagai tulisan. Kesalahan dalam penulisan terjadi karena pengguna bahasa tidak mau berusaha memahami kaidah-kaidah yang tercantum dalam buku pedoman ejaan. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut ini akan dijelaskan secara singkat kaidah-kaidah penulisan huruf kapital yang sering menimbulkan kesalahan yang cukup tinggi. Kaidah yang jarang ditemukan kesalahan penggunaannya tidak perlu dibicarakan atau dijelaskan pada uraian berikut ini.
Kaidah nomor 3 pada penulisan huruf kapital menyebutkan bahwa ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital, termasuk kata-kata ganti untuk Tuhan. Kata-kata seperti QuranMaha Pengasih,Maha Esa sebagai ungkapan yang berhubungan dengan keagamaan dan nama Tuhan ditulis dengan huruf kapital. Adapun ungkapan yang berhubungan dengan nama diri cukup ditulis dengan huruf kecil. Dengan demikian, kata-kata seperti jin, iblis, surga, neraka, malaikat, nabi, rasul, meskipun bertalian dengan keagamaan tidak ditulis dengan huruf kapital.
Kata ganti Tuhan, yaitu Engkau, Nya, dan Mu, huruf awalnya harus ditulis dengan huruf kapital. Antara kata ganti dan kata yang mengikutinya harus diberikan tanda hubung karena tidak boleh ada huruf kapital diapit oleh huruf kecil. Sebagai contoh, untuk kata ganti hamba, yang dirangkaikan dengan kata ganti Tuhan (Nya) harus ditulis
1.2     Penulisan Huruf Miring
Penulis huruf miring hanya dapat dipakai pada tulisan (karangan) yang menggunakan mesin cetak atau mesin tulis yang memiliki huruf miring. Tulisan (karangan) berupa tulisan tangan atau pengetikan dengan menggunakan mesin tulis biasa yang tidak memiliki huruf miring dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu kata yang dicetak miring dengan menggunakan huruf miring dapat diberi garis bawah sebagai gantinya. Dengan kata lain, semua kata yang akan dicetak miring diberi garis bawah dalam tulisan tangan atau ketikan biasa.
Huruf miring dapat dipakai (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutib dalam karangan, (2) menegaskan atau mengkhususkan  huruf, bagian kata, atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama – nama ilmiah atau ungkapan asing.
Contoh :
Majalah bahasa dan kesusastraan
Surat kabar pedoman rakyat
Weltanschauung diterjemahkan menjadi pedagang dunia
  
PEMAKAIAN HURUF
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan menggunakan 26 huruf di dalam abdjadnya, yaitu mulai dengan huruf /a/sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf diantaranya, yaitu huruf /f/,/v/,/x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangan di ganti dengan huruf lain.
Contoh :
Fakta tidak boleh diganti dengan pakfa
Aktif tidak boleh diganti dengan aktip
Valuta tidak boleh diganti dengan paluta
Pasif tidak boleh diganti dengan pasip
Zairah tidak boleh diganti dengan jiarah siarah
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf /q/dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat dipakai untuk nama dan istilah, sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf /k/. demikian pula huruf /x/ dapat dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar x, x + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengah kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/.
Contoh :
Quran tetap ditulis Quran ( nama )
aquarium harus ditulis dengan akuarium
quadrat harus ditulis dengan kuadra
taxi harus ditulis dengan taksi
complex harus ditulis dengan kompleks
Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan bunyi hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh :
ta’zim harus diganti dengan taksim
ma’ruf harus diganti dengan makruf
da’wah harus diganti dengan dakwah
ma;mur harus diganti dengan makmur

·         PENGGUNAAN TANDA BACA
  1.       Tanda titik (.)
Fungsi dan pemakaian tanda titik:
§  Untuk mengakhiri sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan,
§  Diletakan pada akhir sinkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan,
§  Pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum,

Contoh :
o   Menggunakan tanda baca dengan benar agar tidak terjadi kesalah pahaman.
o   Dr. Adit senang mengobati orang sakit.
o   Kutipan menarik itu diambil dari hlm 5 dan 8. 
  2.        Tanda Koma (,)
Fungsi dan pemakaian tanda koma antara lain:
§  Memisahkan unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilang,
§  Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat,
§  Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dakam kalimat, dll.
Contoh :
o    Studio tersebut tersedia berupa gitar, drum dan bass.
o    Apabila keliru memilih bidang spesialisasi, usaha tidak dapat melaju. 
o    “Jangan buang sampah sembarangan,” kata Rudi.
  3.       Tanda Seru (!)
Fungsi dan pemakaian tanda seru :
§  Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Contoh :
o    Jangan letakan benda itu di depan saya !
  4.       Tanda Titik Koma (;)
Fungsi dan pemakaian titik koma adalah:
§  Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara
§  Memisahkan kalimat yang setara didalam satu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
 Contoh :
o    Hari makin sore; kami belum selesai juga. 
o    Desi sibuk bernyanyi; ibu sibuk bekerja di dapur; adik bermain bola. 
  5.       Tanda Titik Dua (:)
Tanda Titik Dua digunakan dalam hal-hal sebagai berikut
§  Pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
§  Pada kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
§  Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
Contoh :
o   Fakultas Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga jurusan: Akuntansi, Managemen, dan Ilmu Ekonomi. 
o   Project By: Alland Project
Penulis: Indra Lesmana
Editor: Wicak 
o   “Jangan datang terlambat.”    
Budi: “Siap, Pak.” 
  6.        Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai dalam hal-hal seperti berikut:
§  Menyambung unsur-unsur kata ulang
§  Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing—-
Contoh :
o    Anak-anak kelaparan di negara Afrika adalah akibat globalisasi. 
o    di- packing 
  7.       Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipergunakan untuk menyatakan hal-hal seperti berikut
§  Mengambarkan kalimat yang terputus-putus
§  Menunjukan bahwa satu petikan ada bagian yang dihilangkan
Contoh :
o    “PLAK ….. ALHAMDULLLIILAHH ……” kuda itu berjalan dengan cepat, sampai-sampai orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan terlihatlah jurang yang sangat dalam. 
  8.       Tanda Tanya (?)
§  Tanda tanya selalunya dipakai pada setiap akhir kalimat tanya.
§  Tanda tanya yang dipakai dan diletakan didalam tanda kurung menyatakan bahwa kalimat yang dimaksud disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh :
o    Siapa Presiden Indonesia saat ini? 
  9.       Tanda Kurung ( )
Tanda kurung dipakai dalam ha-hal berikut
§  Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
§  Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok pembicaraan
§  Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan
Contoh :
o    Jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga disebut demand (permintaan). 
  10.   Tanda Kurung Siku ( [..] )
Tanda kurung siku digunakan untuk:
§  Mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada akhir kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain
§  Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
Contoh :
o    Persamaan akuntansi ini (perbedaannya ada di Bab 1 [lihat halaman 38-40]) perlu dipelajari disini. 
  11.   Tanda Petik (“…”)
Fungsi tanda petik adalah:
§  Mengapit petikan lagsung yang berasal dari pembicaraan, naskah atau bahan tertulis lain
§  Mengapit judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai dalam kalimat
§  Mengapit istilah kalimat yang kurang dikenal
Contoh :
o    Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.” 
  12.   Tanda Petik Tunggal (‘..’)
Tanda Petik tunggal mempunyai fungsi :
§  Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain
§  Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
Contoh :
o    “Dia bilang padaku ‘jangan kau ganggu dia’, seketika itu aku ingin mengingatkannya kembali.” Ujar Andi.  
  13.   Tanda Garis Miring (/)
§  Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat
§  Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat
Contoh :
o    Modem itu memiliki kecepatan sampai 7,2 Mb / s. 
   14.   Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
  • Tanda Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.
Contoh :
o    Budi bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD ‘45. 

 2.  KATA DAN PILIHAN KATA 

  • ·         PENGERTIAN KATA
Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.

  • ·          PENGERTIAN DIKSI
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. 
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan sebuah cerita.

  • ·         PENGERTIAN MAKNA
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).

  • ·         STRUKTUR LEKSIKAL
Yang dimaksud dengan struktur leksikal adalah bermacam-macam pertalian semantik yang terdapat di dalam kata.
1.1   Polisemi
Seperti terlihat dalam contoh yang lalu, satu kata mungkin mempunyai arti lebih dari satu. Di antara arti-arti itu masih ada hubungan, meskipun hanya sedikit atau hanya bersifat kiasan.
1.2   Homonimi
Apabila dalam polisemi kita berbicara mengenai satu kata yang mempunyai beberapa arti, maka dalam homonimi kita memperoleh kenyataan lain bahwa yang menyangkut dua kata atau lebih yang berlainan makna, tetapi mempunyai bentuk yang sama (homograf) atau mempunyai bunyi yang sama (homofon). 
1.3   Sinonimi
Sinonimi atau lebih dikenal dengan istilah sinonim yaitu kata-kata yang bentuknya berbeda tetapi artinya sama.
1.4   Hiponimi
Antara sebuah kata dengan kata yang lain sering terdapat semacam relasi atas dan bawah, yang dalam ilmu bahasa disebut hiponimi.
1.5   Doblet
Ada kata-kata yang benar-benar sama asal usulnya dan dalam perkembangannya lalu ada yang berbeda bentuk maupun artinya.
3.  KALIMAT EFEKTIF
  • ·         PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis atau pembicara. Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.
§  Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
§  Singkat : berarti hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
§  Tepat : berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.

  • ·         PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

Kalimat efektif dapat diartikan sebagai kalimat yang tersusun atas kata-kata berunsur subjek, predikat, objek, dan keterangan atau kalimat yang tidak berbelit-belit. Dari arti-arti tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku, yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti yang ada pada pikiran pembicara atau penulis.

Pemahaman terhadap suatu kalimat tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap kata-kata dan kaidah yang terdapat dalam kalimat tersebut. Untuk membentuk suatu kalimat efektif, pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat diperlukan agar informasi yang disampaikan sesuai dengan maksud pembicara atau penulis.
Dengan diksi, pembicara atau penulis dituntut untuk mempelajari berbagai kata, seperti kata-kata bermakna konotasi dan denotasi, sinonim, idiom, serta kata umum dan kata khusus. Kata-kata tersebut terkadang memiliki makna yang serupa sehingga dapat mengggantikan kata lain demi tercapainya makna yang sama dengan kalimat efektif. Akan tetapi, pembicara atau penulis juga harus mempertimbangkan faktor di luar kebahasaan yang sangat berpengaruh pada penggunaan kata.
Biasanya, kalimat efektif digunakan pada penulisan karya ilmiah, seperti makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Kalimat efektif jarang digunakan oleh para sastrawan atau para wartawan karena mereka lebih banyak menggunakan majas.

Adapun syarat-syarat yang harus ada dalam penulisan kalimat efektif, antara lain 1) memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur subjek dan predikat; 2) sesuai dengan EYD; 3) menggunakan diksi yang tepat; 4) menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis; 5) menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai; 6) ada penekanan ide pokok; 7) mengacu pada kehematan penggunaan kata; 8) menggunakan variasi struktur kalimat.

Referensi :