Rabu, 20 Januari 2016

Ucapan dan Ejaan, Kata dan Pilihan Kata, Kalimat Efektif

    1. UCAPAN DAN EJAAN

  • ·         UCAPAN
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua.
Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan. Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain. Sering dengan mudah kita dapat menentukan daerah asal seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa Indonesianya.

  • ·         EJAAN
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan berlaku sejak tahun 1972 sebagai hasil penyempurnaan ejaan yang berlaku sebelumnya, yaitu ejaan Van Ophuysen (1901) dan Ejaan Republik (1947). Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu satu tanda (huruf) satu bunyi, tetapi kenyataan masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, yaitu /ng/,/ny/,/kh/,dan/sy/. Sebaliknya ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/, pepet dan /e/taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam penyustan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.

Ejaan adalah kaidah tulis menulis baku yang didasarkan pada penggambaran bunyi. Ejaan tidak hanya mengatur cara memakai huruf, tapi juga cara menulis kata dan cara menggunakan tanda baca. Ada empat prinsip dalam penyusunan ejaan, yaitu sebagai berikut:
1.       Prinsip kecermatan
Sistem ejaan tidak boleh mengandung kontradiksi. Bila sebuah tanda sudah digunakan untuk melambangkan satu fonem, maka tanda itu seterusnya dipakai untuk fonem itu.
2.       Prinsip kehematan
Diperlukan standar yang mantap untuk menyusun suatu ejaan agar orang dapat mengemat tenaga dan pikirannya dalam berkomunikasi.
3.       Prinsip keluwesan
Sistem ejaan harus terbuka bagi perkembangan bahasa di kemudian hari. Dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ditetapkan pengunaan f untuk aktif, sifat, fakultas, dan sebagainya.
4.       Prinsip kepraktisan
Diusahakan untuk tidak menggunakan huruf-huruf baru yang tidak lazim agar tidak perlu mengganti mesin ketik dan peralatan tulis lainnnya. Penggunaan tanda diakritis lebih kurang praktris daripada penggunaan huruf ganda. Oleh karena itu EYD mempertahankan huruf ganda ng, ny, sy, kh walaupun huruf-huruf ganda itu menggambarkan fonem tunggal. Pemakaian huruf ganda itu tetap dipertahankan mengingat prinsip kepraktisan untuk menggantinya dengan huruf baru atau menggunakan tanda diakritik.

·         ATURAN PENULISAN HURUF
Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf di dalam Ejaan yang disempurnakan, yaitu aturan penulisan huruf besar atau huruf kapital dan aturan penulisan huruf miring. Kedua aturan tersebut akan dijelaskan pada uraian berikut.
1.1      Kaidah Penulisan Huruf Kapital
Kaidah-kaidah penulisan yang tertera pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan masih sering diabaikan penggunaannya pada berbagai tulisan. Kesalahan dalam penulisan terjadi karena pengguna bahasa tidak mau berusaha memahami kaidah-kaidah yang tercantum dalam buku pedoman ejaan. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut ini akan dijelaskan secara singkat kaidah-kaidah penulisan huruf kapital yang sering menimbulkan kesalahan yang cukup tinggi. Kaidah yang jarang ditemukan kesalahan penggunaannya tidak perlu dibicarakan atau dijelaskan pada uraian berikut ini.
Kaidah nomor 3 pada penulisan huruf kapital menyebutkan bahwa ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital, termasuk kata-kata ganti untuk Tuhan. Kata-kata seperti QuranMaha Pengasih,Maha Esa sebagai ungkapan yang berhubungan dengan keagamaan dan nama Tuhan ditulis dengan huruf kapital. Adapun ungkapan yang berhubungan dengan nama diri cukup ditulis dengan huruf kecil. Dengan demikian, kata-kata seperti jin, iblis, surga, neraka, malaikat, nabi, rasul, meskipun bertalian dengan keagamaan tidak ditulis dengan huruf kapital.
Kata ganti Tuhan, yaitu Engkau, Nya, dan Mu, huruf awalnya harus ditulis dengan huruf kapital. Antara kata ganti dan kata yang mengikutinya harus diberikan tanda hubung karena tidak boleh ada huruf kapital diapit oleh huruf kecil. Sebagai contoh, untuk kata ganti hamba, yang dirangkaikan dengan kata ganti Tuhan (Nya) harus ditulis
1.2     Penulisan Huruf Miring
Penulis huruf miring hanya dapat dipakai pada tulisan (karangan) yang menggunakan mesin cetak atau mesin tulis yang memiliki huruf miring. Tulisan (karangan) berupa tulisan tangan atau pengetikan dengan menggunakan mesin tulis biasa yang tidak memiliki huruf miring dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu kata yang dicetak miring dengan menggunakan huruf miring dapat diberi garis bawah sebagai gantinya. Dengan kata lain, semua kata yang akan dicetak miring diberi garis bawah dalam tulisan tangan atau ketikan biasa.
Huruf miring dapat dipakai (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutib dalam karangan, (2) menegaskan atau mengkhususkan  huruf, bagian kata, atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama – nama ilmiah atau ungkapan asing.
Contoh :
Majalah bahasa dan kesusastraan
Surat kabar pedoman rakyat
Weltanschauung diterjemahkan menjadi pedagang dunia
  
PEMAKAIAN HURUF
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan menggunakan 26 huruf di dalam abdjadnya, yaitu mulai dengan huruf /a/sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf diantaranya, yaitu huruf /f/,/v/,/x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangan di ganti dengan huruf lain.
Contoh :
Fakta tidak boleh diganti dengan pakfa
Aktif tidak boleh diganti dengan aktip
Valuta tidak boleh diganti dengan paluta
Pasif tidak boleh diganti dengan pasip
Zairah tidak boleh diganti dengan jiarah siarah
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf /q/dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat dipakai untuk nama dan istilah, sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf /k/. demikian pula huruf /x/ dapat dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar x, x + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengah kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/.
Contoh :
Quran tetap ditulis Quran ( nama )
aquarium harus ditulis dengan akuarium
quadrat harus ditulis dengan kuadra
taxi harus ditulis dengan taksi
complex harus ditulis dengan kompleks
Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan bunyi hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh :
ta’zim harus diganti dengan taksim
ma’ruf harus diganti dengan makruf
da’wah harus diganti dengan dakwah
ma;mur harus diganti dengan makmur

·         PENGGUNAAN TANDA BACA
  1.       Tanda titik (.)
Fungsi dan pemakaian tanda titik:
§  Untuk mengakhiri sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan,
§  Diletakan pada akhir sinkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan,
§  Pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum,

Contoh :
o   Menggunakan tanda baca dengan benar agar tidak terjadi kesalah pahaman.
o   Dr. Adit senang mengobati orang sakit.
o   Kutipan menarik itu diambil dari hlm 5 dan 8. 
  2.        Tanda Koma (,)
Fungsi dan pemakaian tanda koma antara lain:
§  Memisahkan unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilang,
§  Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat,
§  Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dakam kalimat, dll.
Contoh :
o    Studio tersebut tersedia berupa gitar, drum dan bass.
o    Apabila keliru memilih bidang spesialisasi, usaha tidak dapat melaju. 
o    “Jangan buang sampah sembarangan,” kata Rudi.
  3.       Tanda Seru (!)
Fungsi dan pemakaian tanda seru :
§  Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Contoh :
o    Jangan letakan benda itu di depan saya !
  4.       Tanda Titik Koma (;)
Fungsi dan pemakaian titik koma adalah:
§  Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara
§  Memisahkan kalimat yang setara didalam satu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
 Contoh :
o    Hari makin sore; kami belum selesai juga. 
o    Desi sibuk bernyanyi; ibu sibuk bekerja di dapur; adik bermain bola. 
  5.       Tanda Titik Dua (:)
Tanda Titik Dua digunakan dalam hal-hal sebagai berikut
§  Pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
§  Pada kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
§  Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
Contoh :
o   Fakultas Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga jurusan: Akuntansi, Managemen, dan Ilmu Ekonomi. 
o   Project By: Alland Project
Penulis: Indra Lesmana
Editor: Wicak 
o   “Jangan datang terlambat.”    
Budi: “Siap, Pak.” 
  6.        Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai dalam hal-hal seperti berikut:
§  Menyambung unsur-unsur kata ulang
§  Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing—-
Contoh :
o    Anak-anak kelaparan di negara Afrika adalah akibat globalisasi. 
o    di- packing 
  7.       Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipergunakan untuk menyatakan hal-hal seperti berikut
§  Mengambarkan kalimat yang terputus-putus
§  Menunjukan bahwa satu petikan ada bagian yang dihilangkan
Contoh :
o    “PLAK ….. ALHAMDULLLIILAHH ……” kuda itu berjalan dengan cepat, sampai-sampai orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan terlihatlah jurang yang sangat dalam. 
  8.       Tanda Tanya (?)
§  Tanda tanya selalunya dipakai pada setiap akhir kalimat tanya.
§  Tanda tanya yang dipakai dan diletakan didalam tanda kurung menyatakan bahwa kalimat yang dimaksud disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh :
o    Siapa Presiden Indonesia saat ini? 
  9.       Tanda Kurung ( )
Tanda kurung dipakai dalam ha-hal berikut
§  Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
§  Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok pembicaraan
§  Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan
Contoh :
o    Jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga disebut demand (permintaan). 
  10.   Tanda Kurung Siku ( [..] )
Tanda kurung siku digunakan untuk:
§  Mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada akhir kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain
§  Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
Contoh :
o    Persamaan akuntansi ini (perbedaannya ada di Bab 1 [lihat halaman 38-40]) perlu dipelajari disini. 
  11.   Tanda Petik (“…”)
Fungsi tanda petik adalah:
§  Mengapit petikan lagsung yang berasal dari pembicaraan, naskah atau bahan tertulis lain
§  Mengapit judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai dalam kalimat
§  Mengapit istilah kalimat yang kurang dikenal
Contoh :
o    Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.” 
  12.   Tanda Petik Tunggal (‘..’)
Tanda Petik tunggal mempunyai fungsi :
§  Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain
§  Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
Contoh :
o    “Dia bilang padaku ‘jangan kau ganggu dia’, seketika itu aku ingin mengingatkannya kembali.” Ujar Andi.  
  13.   Tanda Garis Miring (/)
§  Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat
§  Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat
Contoh :
o    Modem itu memiliki kecepatan sampai 7,2 Mb / s. 
   14.   Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
  • Tanda Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.
Contoh :
o    Budi bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD ‘45. 

 2.  KATA DAN PILIHAN KATA 

  • ·         PENGERTIAN KATA
Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.

  • ·          PENGERTIAN DIKSI
Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. 
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapan-ungkapan pengarang untuk mengungkapkan sebuah cerita.

  • ·         PENGERTIAN MAKNA
Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).

  • ·         STRUKTUR LEKSIKAL
Yang dimaksud dengan struktur leksikal adalah bermacam-macam pertalian semantik yang terdapat di dalam kata.
1.1   Polisemi
Seperti terlihat dalam contoh yang lalu, satu kata mungkin mempunyai arti lebih dari satu. Di antara arti-arti itu masih ada hubungan, meskipun hanya sedikit atau hanya bersifat kiasan.
1.2   Homonimi
Apabila dalam polisemi kita berbicara mengenai satu kata yang mempunyai beberapa arti, maka dalam homonimi kita memperoleh kenyataan lain bahwa yang menyangkut dua kata atau lebih yang berlainan makna, tetapi mempunyai bentuk yang sama (homograf) atau mempunyai bunyi yang sama (homofon). 
1.3   Sinonimi
Sinonimi atau lebih dikenal dengan istilah sinonim yaitu kata-kata yang bentuknya berbeda tetapi artinya sama.
1.4   Hiponimi
Antara sebuah kata dengan kata yang lain sering terdapat semacam relasi atas dan bawah, yang dalam ilmu bahasa disebut hiponimi.
1.5   Doblet
Ada kata-kata yang benar-benar sama asal usulnya dan dalam perkembangannya lalu ada yang berbeda bentuk maupun artinya.
3.  KALIMAT EFEKTIF
  • ·         PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya atau arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis atau pembicara. Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat.
§  Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
§  Singkat : berarti hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
§  Tepat : berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.

  • ·         PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang disebut kalimat efektif) akan memudahkan pemahanam orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi dapat terhindarkan.
Untuk menjadikan kalimat yang diucapkan atau ditulis mudah dimengerti oleh orang lain, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, kalimat tersebut secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. Kedua, kalimat tersebut sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

Kalimat efektif dapat diartikan sebagai kalimat yang tersusun atas kata-kata berunsur subjek, predikat, objek, dan keterangan atau kalimat yang tidak berbelit-belit. Dari arti-arti tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku, yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti yang ada pada pikiran pembicara atau penulis.

Pemahaman terhadap suatu kalimat tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap kata-kata dan kaidah yang terdapat dalam kalimat tersebut. Untuk membentuk suatu kalimat efektif, pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat diperlukan agar informasi yang disampaikan sesuai dengan maksud pembicara atau penulis.
Dengan diksi, pembicara atau penulis dituntut untuk mempelajari berbagai kata, seperti kata-kata bermakna konotasi dan denotasi, sinonim, idiom, serta kata umum dan kata khusus. Kata-kata tersebut terkadang memiliki makna yang serupa sehingga dapat mengggantikan kata lain demi tercapainya makna yang sama dengan kalimat efektif. Akan tetapi, pembicara atau penulis juga harus mempertimbangkan faktor di luar kebahasaan yang sangat berpengaruh pada penggunaan kata.
Biasanya, kalimat efektif digunakan pada penulisan karya ilmiah, seperti makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Kalimat efektif jarang digunakan oleh para sastrawan atau para wartawan karena mereka lebih banyak menggunakan majas.

Adapun syarat-syarat yang harus ada dalam penulisan kalimat efektif, antara lain 1) memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur subjek dan predikat; 2) sesuai dengan EYD; 3) menggunakan diksi yang tepat; 4) menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis; 5) menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai; 6) ada penekanan ide pokok; 7) mengacu pada kehematan penggunaan kata; 8) menggunakan variasi struktur kalimat.

Referensi :
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar