Minggu, 04 Juni 2017

Polygon Luncurkan Stratos S7, Inilah Sepeda Road Bike Terbaru Besutan Polygon

JAKARTA -- Bagi pesepeda yang berambisi dengan kecepatan, road bike menjadi pilihan sepeda yang tepat.



Dengan road bike memungkinkan pengendara memacu sepeda dalam kecepatan maksimal dan merasakan sensasi kompetisi.
Hal inilah yang membuat sebagian orang tertarik untuk memutuskan menggunakan road bike.
Salah satu Industri sepeda global Polygon Bikes, fokus mengembangkan seri road bike selama bertahun-tahun. Seri Helios dikenal lebih dulu, sejak 2010 telah berhasil diterima pasar global sebagai produk yang kompetitif.
Sejak dua tahun lalu Seri Strattos dihadirkan kembali, kini Polygon menghadirkan Strattos S7 terbaru. yang terinspirasi dari kesuksesan rangkaian seri Strattos sebelumnya.
“Polygon tiada henti berinovasi dan memberikan pilihan genre road bike yang lebih beragam, memfasilitasi apapun kebutuhan bersepeda, Strattos S7 kami hadirkan sebagai
penyempurnaan seri “Best Seller” Strattos sebelumnya, tampil lebih agresif dan menawan” tegas Fendi Widhiatmoko selaku Head of Marketing Communications Polygon Bikes Indonesia.
Strattos S7 lahir dari kategori road performance yang hadir untuk menjawab kebutuhan pesepeda untuk bersepeda cepat di jalan aspal ataupun untuk berkompetisi.
Dilengkapi dengan frame carbon yang ringan dan responsif serta teruji untuk mendukung pesepeda melaju lebih cepat dan lebih jauh. Geometri Strattos S7 juga
dirancang dengan perhitungan cermat untuk handling yang lebih baik. Mengusung tapered headtube untuk pengendalian sepeda yang lebih stabil. Performa Strattos S7 juga ditunjang juga dengan fork berbahan ACX Carbon yang ringan dengan kekuatan meredam getaran yang lebih sempurna.
Menggunakan internal cable routing, membuat tampilan sepeda tidak hanya lebih rapi dan menawan, namun juga memberikan perlindungan pada kabel shifter.
Strattos S7 dilengkapi groupset 22 speed dengan komponen yang mendukung transisi shifting lebih halus dan presisi. Groupset yang hadir dengan kombinasi performa, ketahanan, dan terbaik di kelasnya untuk meningkatkan kemampuan pesepeda. Roda berukuran 700x25c dengan lapisan kevlar untuk proteksi yang maksimal digunakan di medan yang kering bahkan di kondisi jalanan yang basah sekalipun.
Strattos S7 juga menyuguhkan tampilan yang eye catching dengan kombinasi warna black matte dan neon yellow


Kategori Kompetisi MTB yang Dilombakan dalam Kalender UCI




Kompetisi balap sepeda MTB pertama kali diadakan di California (AS) di awal tahun 80an. Sejak saat itu disiplin MTB telah berkembang sangat cepat dalam semua aspek. World Championship pertama yang secara resmi digelar oleh UCI berlangsung mulai tahun 1990. Dalam klasifikasi UCI, kelas MTB terbagi dalam 4 spesialisasi:

Cross Country



Balap cross country diadakan di trek bergelombang, berbatu, dan beberapa obstacle dengan panjang trek 5-9 km. Perlombaan bervariasi dari 1 jam 45 menit hingga 2 jam 30 menit, tergantung pada masing-masing kategori.

Cross Country Marathon


Even maraton merupakan versi panjang dari cross country yang dilakukan pada trek sepanjang 60 sampai 120 km. Pembalap dari semua kategori dapat berlomba secara bersama-sama. Cross Country Marathon diadakan di wilayah pegunungan. Berbeda dengan format cross-country, dalam kelas ini pembalap tidak melewati titik yang sama dua kali.

Downhill


Kompetisi yang memiliki tingkat obstacle tersulit ini menuntut para pembalap untuk menunjukkan keberanian dan skill yang dimiliki dalam melewati berbagai hambatan maupun drop off di sepanjang jalan. Kecepatan sepeda pada kondisi tertentu dapat mencapai sekitar 70-80 km/jam. Meskipun terdapat kelas downhill, UCI tidak menyertakan freeride karena memiliki tingkat resiko yang dinilai terlalu tinggi.

Four Cross


Dalam perlombaan Four Cross (sering disingkat 4 cross / 4x) empat peserta start bersama-sama dalam 1 trek. Balapan berlangsung sangat cepat (antara 30 detik dan satu menit) dan menimbulkan konfrontasi sengit antar pengendara. Balapan Four Cross berlangsung selama beberapa putaran kualifikasi


Kompetisi UCI World Cup Downhill 2017 Jadi Pavorit Penggemar Sepeda


JAKARTA,  -- Antusiasime masyarakat terhadap olahraga sepeda di Indonesia dan dunia semakin positif.
Dukungan pemerintah, komunitas, aktivis yang menjadikan olahraga sepeda semakin digrandungi. Hal ini juga terlihat dari semakin bervariasi-nya kegiatan dan kompetisi sepeda yang digelar.
Salah satu yang menjadi favorit di kalangan pesepeda adalah kegiatan dan kompetisi sepeda downhill yang memacu adrenalin.
Indonesia Downhill (IDH) menjadi salah satu kompetisi downhill terbesar di Indonesia, dan dinantikan banyak penggemar sepeda.
Kompetisi ini digarap dengan serius dan diakui dunia, dimana sebagian kategori kompetisi sudah terkualifikasi standar UCI (Union Cycliste Internationale), yang merupakan organisasi sepeda resmi dunia.
Tak hanya Indonesia, euforia ini juga dirasakan  penggemar olahraga sepeda di mancanegara.  Minggu, 30 April lalu kompetisi sepeda downhill bergengsi di dunia “UCI Mountain Bike World Cup” kembali digelar.
Kompetisi yang diadakan UCI, dan pada putaran pertama kali ini mengambil lokasi di Lourdes, Perancis dan  diikuti oleh 250 peserta terbaik dari seluruh dunia.
Tercatat kompetisi ini menarik perhatian pecinta sepeda  dan ditonton lebih dari 12 juta orang yang berasal dari seluruh dunia
Pada Kompetisi bergengsi ini, salah satu pabrikan sepeda Indonesia Polygon berhasil mangantarkan Alexandre Fayolle (Polygon UR Team) menjadi jawara pertama di ajang balap Downhill terbesar musim 2017 ini dengan catatan waktu 2:25,863 detik.
Atlet kelahiran Perancis ini berhasil menjadi yang tercepat dan mengalahkan peserta dan juara bertahan lainnya di kategori man elite dengan menggunakan sepeda Polygon Collosus DH9.
Alexander Fayolle sendiri merupakan rider muda andalan UR Team dan Perancis di ajang world cup DH  dan sempat menorehkan hasil terbaik musim lalu di seri Mont Saint Anne. 
“Kemenangan ini memperkuat Polygon menjadi brand global dengan poduk Race proven  yang sudah teruji dalam kompetisi kelas dunia. Menjadikan Polygon mampu diperhitungkan di level dunia” tegas Devina Susilo selaku Head of International Marketing and Communications Polygon Bikes. 


Nadiem Makarim - Pendiri GO-JEK


Nama Nadiem Makarim sebagai Pendiri GO-JEK semakin terkenal seiring dengan 'booming' nya nama Go-Jek di Indonesia. Go-Jek merupakan sebuah perusahaan jasa transportasi dengan menggunakan ojek dengan segala kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan kepada penggunanya yang berdiri pada tahun 2011 tapi Nadiem Makarim lebih senang menyebut perusahaan GO-JEK sebagai perusahaan Teknologi.

Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi mobile, GO-JEK berhasil merevolusi industri transportasi Ojek. Fitur yang ditawarkan GO-JEK pun berbagai macam seperti pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja dan berpergian di tengah kemacetan, dimana semua ide itu berawal dari Nadiem Makarim. Sangat sedikit informasi yang didapat oleh biografiku.com mengenai profil masa kecil Nadiem Makarim.

Dari berbagai sumber yang didapat, pria kelahiran Singapura, 4 Juli 1984 ini memiliki ayah bernama Nono Anwar Makarim yang berasal dari Pekalongan yang berprofesi sebagai pengacara dan ibu bernama Atika Algadrie dari Pasuruan yang bekerja di bidang non-profit. Nadiem Makarim memiliki dua saudara perempuan. Istri Nadiem Makarim bernama Franka Franklin, mereka menikah pada tahun 2014 yang lalu.

Profil Nadiem Makarim
Di ketahui bahwa Nadiem Makarim mulai bersekolah SD di Jakarta, kemudian ia lulus SMA di Singapura, dari Singapura ia kemudian melanjutkan pendidikannya di jurusan International Relations di Brown University, Amerika Serikat. dan selama setahun ia mengikuti program foreign exchange di London School of Economics. Ia juga melanjutkan studinya di Harvard Business School, Harvard University dan lulus dengan menyandang gelar MBA (Master Business Of Administration).

Nadiem Makarim diketahui pernah bekerja di sebuah perusahaan Mckinsey & Company sebuah konsultan ternama di Jakarta dan menghabiskan masa selama tiga tahun bekerja disana. Diketahui pula ia pernah bekerja sebagai Co-founder dan Managing Editor di Zalora Indonesia kemudian menjadi Chief Innovation officer kartuku. Berbekal banyak pengalaman selama bekerja, Nadiem Makarim kemudian memberanikan diri untuk berhenti dari pekerjaannya dan mendirikan perusahaan GO-JEK pada tahun 2011.
...Saya tidak betah kerja di perusahaan orang lain. Saya ingin mengontrol takdir saya sendiri - Nadiem Makarim.
Alasan sederhana itulah yang membuat Nadiem Makarim mencoba merintis perusahaan sendiri yang kemudian dikenal dengan nama GO-JEK berbekal pengalaman kerja serta memiliki jiwa enterpreneurship. Ide bisnis transportasi GO-JEK sendiri berasal dari pemikiran Nadiem ketika ia berdiskusi dengan tukang ojek langganannya. Nadiem Makarim jarang menggunakan mobil karena mobilitasnya yang tinggi, ia lebih sering menggunakan jasa ojek.

Dari perbicangannya dengan para tukang ojek, ia menemukan kenyataan bahwa hampir sebagian besar tukang ojek menghabiskan waktunya hanya menunggu pelanggan saja dan susah untuk mencari pelanggan, di sisi lain kemacetan Jakarta makin memburuk maka di butuhkan sebuah layanan transportasi yang cepat

Galaxy Note 8 Pakai Layar Galaxy S8,



Jakarta - Muncul kabar yang menyebut kalau Samsung bakal membenamkan salah satu daya tarik di seri Galaxy S8, untuk calon phablet flagship terbarunya. Namun dengan improvisasi yang bisa jadi standar baru ponsel flagship. Apa itu?

Daya tarik yang dimaksud terletak di layar. Ya, sebuah informasi memastikan kalau Samsung akan menanamkan teknologi layar infinite display di Galaxy Note 8. Perbedaan yang paling gampang dilihat mungkin adalah ukuran layar yang bakal sedikit lebih besar.

Tapi nyatanya tak cuma itu, Samsung disebut ingin mewujudkan ambisinya yang tertunda di seri Galaxy S8. Seperti detikINET kutip dari GSM Arena, Minggu (4/6/2017), di balik layar infinite diplay Galaxy Note 8, Samsung kabarnya akan turut membenamkan pemindai sidik jari.

Kalau kabar ini benar, nantinya pengguna Galaxy Note 8 hanya perlu menyentuhkan sidik jarinya ke layar untuk membuka kunci ponsel. Dengan kata lain, tak ada lagi posisi pemindai sidik jari akward ala Galaxy S8 yang terletak di sebelah kamera.

Samsung sendiri sebenarnya sudah berencana mewujudkan pemindai sidik jari di balik layar pada seri Galaxy S8. Namun karena tenggat waktu peluncuran seri Galaxy S8 yang kian dekat, sementara pengembangannya membutuhkan waktu yang lebih lama dari jadwal, Samsung terpaksa menempatkan pemindai sidik jari di ponsel flagship-nya itu pada lokasi yang 'seadanya'.

Kini seiring munculnya gosip mengenai Galaxy Note 8, produsen Korea Selatan ini ingin kembali mewujudkan ambisinya yang tak gampang tersebut. Calon phablet flagship Samsung disebut-sebut bakal menyodorkan kemampuan yang bakal pertama kali hadir di ponsel itu.

Selain Samsung, produsen lainnya yang punya ambisi serupa adalah Apple. iPhone 8 sempat dibilang akan memberikan kemampuan yang sama. Namun seiring bocoran yang muncul, Apple seakan 'menyerah' dan menggeser posisi pemindai sidik jari ke bodi belakang.

Pindahnya pemindai sidik jari di iPhone, tak lepas dari rencana Apple yang ingin menghadirkan ponsel andalannya dengan desain yang sama sekali baru, yakni all glass. Yang mana konsekuensi desain all glass adalah absennya kehadiran tombol home yang sudah hadir sejak di iPhone generasi pertama